Semakin Tinggi Ilmunya, Semakin Sedikit Menyalahkan Orang Lain
Apa kabar Sahabat Baca dan Sebarkan ? Kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk Anda baca dan ambil informasi didalamnya. Mudah-mudahan isi postingan
Artikel buya hamka,
Artikel ilmu,
Artikel padi, yang kami tulis ini dapat Anda pahami. Baiklah, selamat membaca.
Judul : Semakin Tinggi Ilmunya, Semakin Sedikit Menyalahkan Orang Lain
Link : Semakin Tinggi Ilmunya, Semakin Sedikit Menyalahkan Orang Lain
Anda sekarang membaca artikel dengan alamat link https://bacasebar.blogspot.com/2016/10/semakin-tinggi-ilmunya-semakin-sedikit.html
Judul : Semakin Tinggi Ilmunya, Semakin Sedikit Menyalahkan Orang Lain
Link : Semakin Tinggi Ilmunya, Semakin Sedikit Menyalahkan Orang Lain
Sewaktu baru kepulangannya dari timur tengah, profesor. dokter. hamka, seseorang tokoh pembesar ormas muhammadiyyah, melaporkan kalau maulidan haram dan juga bid’ah tidak terdapat petunjuk dari nabi saw. , orang berdiri membaca shalawat dikala asyraqalan (mahallul qiyam) merupakan bid’ah dan juga itu berlebih - lebihan tidak terdapat petunjuk dari nabi saw.
namun kala buya hamka sudah tua, dia berkenan mendatangi kegiatan maulid nabi saw dikala terdapat yang mengundangnya. orang - orang lagi asik membaca maulid al - barzanji dan juga bershalawat dikala mahallul qiyam, buya hamka juga ikut dan asik dan juga khusyuk mengikutinya. lalu para muridnya bertanya: “buya hamka, dahulu sewaktu kamu masih muda begitu keras menentang acara - acara serupa itu tetapi sehabis tua kok berbeda? ”
dijawab oleh buya hamka: “iya, dahulu sewaktu aku muda kitabnya baru satu. tetapi sehabis aku menekuni banyak kitab, aku siuman nyatanya ilmu islam itu amat luas. ”
di riwayat yang lain menggambarkan kalau, dahulu sewaktu mudanya buya hamka dengan tegas melaporkan kalau qunut dalam shalat shubuh tercantum bid’ah! tidak terdapat tuntunannya dari rasulullah saw. sampai - sampai buya hamka tidak sempat melaksanakan qunut dalam shalat shubuhnya.
tetapi sehabis buya hamka tiba umur tua, dia seketika membaca doa qunut dalam shalat shubuhnya. tuntas shalat, jamaahnya juga bertanya heran: “buya hamka, saat sebelum ini tidak sempat nampak satu kalipun kamu mengamalkan qunut dalam shalat shubuh. tetapi kenapa saat ini malah kamu mengamalkannya? ”
dijawab oleh buya hamka: “iya. dahulu aku baru baca satu kitab. tetapi saat ini aku sudah baca seribu kitab. ”
gus anam (kh. zuhrul anam) mendengar dari gurunya, profesor. dokter. as - sayyid al - habib muhammad bin alwi al - maliki al - hasani, dari gurunya al - imam asy - syaikh said al - yamani yang berkata: “idzaa zaada nadzrurrajuli wattasa’a fikruhuu qalla inkaaruhuu ‘alannaasi. ” (jikalau seorang meningkat ilmunya dan juga luas cakrawala pemikiran dan sudut pandangnya, hingga dia hendak sedikit menyalahkan teman ).
terus menjadi gemar menyalahkan orang terus menjadi bodoh dan juga dangkal ilmunya, terus menjadi besar ilmu seorang hingga terus menjadi tawadhu ( rendah hati ) , carilah guru yang tidak sempat menggunjing dan juga mengkafirkan siapapun.
perihal ini sama serupa ilmu padi, terus menjadi berisi terus menjadi merunduk, seperti itu peribahasa yang kerap kita dengar. yang mempunyai makna, orang berilmu yang terus menjadi banyak ilmunya terus menjadi merendahkan pribadinya. tumbuhan padi bila berisi terus menjadi lama hendak terus menjadi besar. bila terus menjadi besar spontan beban biji pula terus menjadi berat.
bila sudah terus menjadi berat, hingga ingin tidak ingin seuntai biji padi hendak terus menjadi nampak merunduk (melengkung) kearah depan dasar. karna batang padi amat pendek, strukturnya berbentuk batang yang tercipta dari rentetan pelepah daun yang silih menopang. jadi tidak sebanding dengan beban berat biji padi yang terus menjadi lama terus menjadi membengkak. berubah dengan biji padi yang kosong tidak berisi, meski nampak bijinya berbuah banyak karna tidak berisi hingga seuntai biji padi tersebut hendak senantiasa berdiri tegak lurus.
(sumber: fiqhmenjawab. net)
namun kala buya hamka sudah tua, dia berkenan mendatangi kegiatan maulid nabi saw dikala terdapat yang mengundangnya. orang - orang lagi asik membaca maulid al - barzanji dan juga bershalawat dikala mahallul qiyam, buya hamka juga ikut dan asik dan juga khusyuk mengikutinya. lalu para muridnya bertanya: “buya hamka, dahulu sewaktu kamu masih muda begitu keras menentang acara - acara serupa itu tetapi sehabis tua kok berbeda? ”
dijawab oleh buya hamka: “iya, dahulu sewaktu aku muda kitabnya baru satu. tetapi sehabis aku menekuni banyak kitab, aku siuman nyatanya ilmu islam itu amat luas. ”
di riwayat yang lain menggambarkan kalau, dahulu sewaktu mudanya buya hamka dengan tegas melaporkan kalau qunut dalam shalat shubuh tercantum bid’ah! tidak terdapat tuntunannya dari rasulullah saw. sampai - sampai buya hamka tidak sempat melaksanakan qunut dalam shalat shubuhnya.
tetapi sehabis buya hamka tiba umur tua, dia seketika membaca doa qunut dalam shalat shubuhnya. tuntas shalat, jamaahnya juga bertanya heran: “buya hamka, saat sebelum ini tidak sempat nampak satu kalipun kamu mengamalkan qunut dalam shalat shubuh. tetapi kenapa saat ini malah kamu mengamalkannya? ”
dijawab oleh buya hamka: “iya. dahulu aku baru baca satu kitab. tetapi saat ini aku sudah baca seribu kitab. ”
gus anam (kh. zuhrul anam) mendengar dari gurunya, profesor. dokter. as - sayyid al - habib muhammad bin alwi al - maliki al - hasani, dari gurunya al - imam asy - syaikh said al - yamani yang berkata: “idzaa zaada nadzrurrajuli wattasa’a fikruhuu qalla inkaaruhuu ‘alannaasi. ” (jikalau seorang meningkat ilmunya dan juga luas cakrawala pemikiran dan sudut pandangnya, hingga dia hendak sedikit menyalahkan teman ).
terus menjadi gemar menyalahkan orang terus menjadi bodoh dan juga dangkal ilmunya, terus menjadi besar ilmu seorang hingga terus menjadi tawadhu ( rendah hati ) , carilah guru yang tidak sempat menggunjing dan juga mengkafirkan siapapun.
perihal ini sama serupa ilmu padi, terus menjadi berisi terus menjadi merunduk, seperti itu peribahasa yang kerap kita dengar. yang mempunyai makna, orang berilmu yang terus menjadi banyak ilmunya terus menjadi merendahkan pribadinya. tumbuhan padi bila berisi terus menjadi lama hendak terus menjadi besar. bila terus menjadi besar spontan beban biji pula terus menjadi berat.
bila sudah terus menjadi berat, hingga ingin tidak ingin seuntai biji padi hendak terus menjadi nampak merunduk (melengkung) kearah depan dasar. karna batang padi amat pendek, strukturnya berbentuk batang yang tercipta dari rentetan pelepah daun yang silih menopang. jadi tidak sebanding dengan beban berat biji padi yang terus menjadi lama terus menjadi membengkak. berubah dengan biji padi yang kosong tidak berisi, meski nampak bijinya berbuah banyak karna tidak berisi hingga seuntai biji padi tersebut hendak senantiasa berdiri tegak lurus.
(sumber: fiqhmenjawab. net)
Demikianlah Artikel Semakin Tinggi Ilmunya, Semakin Sedikit Menyalahkan Orang Lain
Mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. Baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel dengan alamat link https://bacasebar.blogspot.com/2016/10/semakin-tinggi-ilmunya-semakin-sedikit.html
0 Response to "Semakin Tinggi Ilmunya, Semakin Sedikit Menyalahkan Orang Lain"
Post a Comment