JANGAN TERJEBAK! Inilah TIPS Hadapi Serangan Penista Islam yang Caper di Media Sosial
Apa kabar Sahabat Baca dan Sebarkan ? Kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk Anda baca dan ambil informasi didalamnya. Mudah-mudahan isi postingan
Artikel BERITA NASIONAL,
Artikel CATATAN, yang kami tulis ini dapat Anda pahami. Baiklah, selamat membaca.
Judul : JANGAN TERJEBAK! Inilah TIPS Hadapi Serangan Penista Islam yang Caper di Media Sosial
Link : JANGAN TERJEBAK! Inilah TIPS Hadapi Serangan Penista Islam yang Caper di Media Sosial
Sikap arogan Ahok rupanya memicu keberanian sekelompok orang yang ingin mendapat tempat dalam dialektika bernuansa SARA.
Salah satu yang cukup mencuri perhatian adalah feminis sekaligus aktivis yang memperjuangkan hak-hak korban 1965, Soe Tjen Marching.
Soe Tjen mendapat sebuah slot di pemberitaan Republika setelah menjadi sorotan di Facebook. Ya, Soe Tjen "menggoyang" Facebook dengan sebuah tautan berita berjudul "Pemerintah akan Revisi Terjemahan Alquran".
Berikut kutipan lengkap dari Republika:
Hal yang menjadi sorotan adalah, Soe Tjen Marching menulis status yang mengundang para pengikutnya untuk ikut berkomentar, mengkritik, hingga menyerang argumennya.
"Terjemahan Quran akan direvisi? Ini sih bukan barang baru. Lha, memang Kitab Suci itu bisa salah dan bisa jadi objek revisi. Yang parah, yang sudah telanjur percaya sampai ngotot dan bahkan tidak saja ngorbankan nyawa sendiri, tapi juga nyawa yang lain. Eh, tahu-tahu keliru dan ayat yang dipercaya harus direvisi, yang percaya sudah telanjur mati (sambil bawa nyawa orang lain)," begitu status yang ditulis Soe Tjen Marching.
Sontak saja, status itu mendapat beragam tanggapan.
Salah satunya dari akun milik Heru Tock.
"Maaf status Anda justru yang dapat menimbulkan SARA dan harus direvisi, Alquran tak pernah mengalami perubahan (sejak kapan pun), mungkin penafsiran dari penerjemahan bahasa Indonesia ada yang tidak sesuai dalam kandungan Alquran yang diwahyukan kepada Nabi," tulis akun Heru Tock.
Akun Putri Aisyiyah menulis, "Don't judge what you don't understand. Saya menghargai pemikiran Anda tentang genosida '65 ataupun feminisme sebab Anda expert di bidang tersebut. Tapi, saya langsung kecewa baca statement Anda tentang hal ini."
Pun dengan akun bernama Eko Rudi ikut menulis tanggapan. "Duh, Tante Soe Tjen Marching, sepertinya panjenengan nggak pantes deh bikin posting-an kayak gini. Yang direvisi kan bukan Alquran, tapi terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia. Tentunya Tante tahu bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang dinamis, mudah menyerap istilah asing dan keragaman lokal. Coba deh dibaca ulang beritanya! Ini saya kutipkan beberapa hal penting: 'terjemahan Alquran untuk disesuaikan dengan perkembangan bahasa dan dinamika masyarakat.... Bahasa kan berkembang dan dinamika masyarakat juga selalu ada.' Bukankah Tante adalah orang terpelajar. Harusnya tidak melakukan hal seperti ini. Saya jadi ingat apa yang ditulis Pramoedya dalam novel Bumi Manusia: seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan."
Status Eko Rudi ternyata menarik Soe Tjen Marching untuk menanggapinya.
"Justru saya berbuat adil sejak dalam pikiran karena itu saya berani menulis seperti ini Eko Rudi. Coba bandingkan kitab suci yg satu dengan lainnya-betapa berbedanya mereka dan aturan-aturannya. Mengapa? Apakah karena Tuhannya beda? Bahkan Tuhan yang disembah pun bisa berbeda dari agama satu dan yang lain. Di agama Hindu, mengenal Tuhan yang berbentuk anjing, tapi di agama Islam anjing dianggap haram. Jadi, Tuhan agama satu diharamkan oleh agama yang lain. Saya sarankan supaya Anda lebih adil dalam pikiran," katanya.
Pemilik akun Ananto Sidohutomo ikut berkomentar:
"Jhiakakakak..., dapat semakin tersesat jauh pemikiran kita ini, apalagi bila dikaitkan dengan isu 'kekerasan dalam menjalankan tuntunan agama'..., hahahaaaaaaaaaa... Jadi penasaran pengin tahu kalau di Irlandia itu yang suka melakukan kekerasan memang kitab sucinya apa?... atau yang pakai bom cluster membunuhi puluhan ribu orang Irak dan Afganistan itu kitab sucinya apa?... KALAU MAU MENILAI SEBUAH AGAMA, MAKA NILAILAH KITAB SUCINYA DAN JANGAN MENILAI ORANG-ORANGNYA... Bila ingin fokus pada pemikiran founding father negeri ini..., ayo kita laksanakan ide pemikirannya yang berada pada teks Pancasila sebagai falsafah dan dasar bernegara..., sila pertama saja dahulu yang paling mudah... 1. KETUHANAN YANG MAHA ESA..."
Soe Tjen Marching pun membalas argumen Ananto Sidohutomo.
"Ketuhanan Yang Maha Esa itu bikinan Orba, Pak. Di zaman Sukarno tidak ada karena banyak agama yang politeis."
Debat pun berlanjut karena banyak pengikut esais dan penulis perempuan itu tidak sependapat dengan pernyataan Soe Tjen Marching dalam memandang Alquran.
"Saya akan akhiri diskusi ini karena sudah tidak kondusif lagi. Jelas, yang memaki saya 'ngawur' atau menertawakan dll, belum membaca penelitian tentang Kitab Suci dengan saksama. Komentar setelah ini akan saya hapus."
-------
Ternyata tak terlalu sulit untuk menjadi tenar di negeri ini. Cukup serang agama mayoritas dan popularitas akan segera diperoleh seiring tuntutan hukum yang juga mungkin segera dilayangkan.
Lalu bagaimana umat Islam harus bersikap? Jawabannya mudah. HARUS MELAWAN. Tetapi gunakan cara melawan yang elegan, santun dan berkelas. Semua tergantung situasi dan kondisi.
Terkait dengan postingan Soe Tjen, bagaimana sikap kita?
Mudah saja. Abaikan.
Lho kok?
Lihatlah proses diskusi Soe Tjen di atas. Awalnya ia memancing dengan membuat status yang --bagi intelektual sekelas Soe Tjen tentu paham-- akan mengundang reaksi keras netizen. Soe Tjen sudah menyiapkan amunisi berupa pemikiran-pemikiran yang siap dijadikan input baru bagi umat yang memiliki pemahaman dangkal tentang Islam.
Dengan mudah Soe Tjen kemudian mengakhiri diskusi setelah mendapat "serangan" makian. Soe Tjen ingin bebas berbicara tetapi tidak ingin mendengar suara yang tidak diinginkannya.
Soe Tjen menginginkan sebuah diskusi yang berujung pada kesepahaman anggapan dengannya.
Untuk mereka yang memiliki standar ganda pemikiran seperti ini, perlukah kita beri mereka panggung? Tentu tidak.
Kita tidak boleh dan tidak bisa membungkam mereka yang sibuk mengurusi iman, kepercayaan, agama dan kitab suci yang tidak mereka anut.
Kita hanya tidak perlu memberikan respon pada pemikiran kontroversial mereka.
Penulis: Tim Portal Piyungan
Anda sekarang membaca artikel dengan alamat link https://bacasebar.blogspot.com/2016/10/jangan-terjebak-inilah-tips-hadapi.html
Judul : JANGAN TERJEBAK! Inilah TIPS Hadapi Serangan Penista Islam yang Caper di Media Sosial
Link : JANGAN TERJEBAK! Inilah TIPS Hadapi Serangan Penista Islam yang Caper di Media Sosial
Sikap arogan Ahok rupanya memicu keberanian sekelompok orang yang ingin mendapat tempat dalam dialektika bernuansa SARA.
Salah satu yang cukup mencuri perhatian adalah feminis sekaligus aktivis yang memperjuangkan hak-hak korban 1965, Soe Tjen Marching.
Soe Tjen mendapat sebuah slot di pemberitaan Republika setelah menjadi sorotan di Facebook. Ya, Soe Tjen "menggoyang" Facebook dengan sebuah tautan berita berjudul "Pemerintah akan Revisi Terjemahan Alquran".
Berikut kutipan lengkap dari Republika:
Hal yang menjadi sorotan adalah, Soe Tjen Marching menulis status yang mengundang para pengikutnya untuk ikut berkomentar, mengkritik, hingga menyerang argumennya.
"Terjemahan Quran akan direvisi? Ini sih bukan barang baru. Lha, memang Kitab Suci itu bisa salah dan bisa jadi objek revisi. Yang parah, yang sudah telanjur percaya sampai ngotot dan bahkan tidak saja ngorbankan nyawa sendiri, tapi juga nyawa yang lain. Eh, tahu-tahu keliru dan ayat yang dipercaya harus direvisi, yang percaya sudah telanjur mati (sambil bawa nyawa orang lain)," begitu status yang ditulis Soe Tjen Marching.
Sontak saja, status itu mendapat beragam tanggapan.
Salah satunya dari akun milik Heru Tock.
"Maaf status Anda justru yang dapat menimbulkan SARA dan harus direvisi, Alquran tak pernah mengalami perubahan (sejak kapan pun), mungkin penafsiran dari penerjemahan bahasa Indonesia ada yang tidak sesuai dalam kandungan Alquran yang diwahyukan kepada Nabi," tulis akun Heru Tock.
Akun Putri Aisyiyah menulis, "Don't judge what you don't understand. Saya menghargai pemikiran Anda tentang genosida '65 ataupun feminisme sebab Anda expert di bidang tersebut. Tapi, saya langsung kecewa baca statement Anda tentang hal ini."
Pun dengan akun bernama Eko Rudi ikut menulis tanggapan. "Duh, Tante Soe Tjen Marching, sepertinya panjenengan nggak pantes deh bikin posting-an kayak gini. Yang direvisi kan bukan Alquran, tapi terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia. Tentunya Tante tahu bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang dinamis, mudah menyerap istilah asing dan keragaman lokal. Coba deh dibaca ulang beritanya! Ini saya kutipkan beberapa hal penting: 'terjemahan Alquran untuk disesuaikan dengan perkembangan bahasa dan dinamika masyarakat.... Bahasa kan berkembang dan dinamika masyarakat juga selalu ada.' Bukankah Tante adalah orang terpelajar. Harusnya tidak melakukan hal seperti ini. Saya jadi ingat apa yang ditulis Pramoedya dalam novel Bumi Manusia: seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan."
Status Eko Rudi ternyata menarik Soe Tjen Marching untuk menanggapinya.
"Justru saya berbuat adil sejak dalam pikiran karena itu saya berani menulis seperti ini Eko Rudi. Coba bandingkan kitab suci yg satu dengan lainnya-betapa berbedanya mereka dan aturan-aturannya. Mengapa? Apakah karena Tuhannya beda? Bahkan Tuhan yang disembah pun bisa berbeda dari agama satu dan yang lain. Di agama Hindu, mengenal Tuhan yang berbentuk anjing, tapi di agama Islam anjing dianggap haram. Jadi, Tuhan agama satu diharamkan oleh agama yang lain. Saya sarankan supaya Anda lebih adil dalam pikiran," katanya.
Pemilik akun Ananto Sidohutomo ikut berkomentar:
"Jhiakakakak..., dapat semakin tersesat jauh pemikiran kita ini, apalagi bila dikaitkan dengan isu 'kekerasan dalam menjalankan tuntunan agama'..., hahahaaaaaaaaaa... Jadi penasaran pengin tahu kalau di Irlandia itu yang suka melakukan kekerasan memang kitab sucinya apa?... atau yang pakai bom cluster membunuhi puluhan ribu orang Irak dan Afganistan itu kitab sucinya apa?... KALAU MAU MENILAI SEBUAH AGAMA, MAKA NILAILAH KITAB SUCINYA DAN JANGAN MENILAI ORANG-ORANGNYA... Bila ingin fokus pada pemikiran founding father negeri ini..., ayo kita laksanakan ide pemikirannya yang berada pada teks Pancasila sebagai falsafah dan dasar bernegara..., sila pertama saja dahulu yang paling mudah... 1. KETUHANAN YANG MAHA ESA..."
Soe Tjen Marching pun membalas argumen Ananto Sidohutomo.
"Ketuhanan Yang Maha Esa itu bikinan Orba, Pak. Di zaman Sukarno tidak ada karena banyak agama yang politeis."
Debat pun berlanjut karena banyak pengikut esais dan penulis perempuan itu tidak sependapat dengan pernyataan Soe Tjen Marching dalam memandang Alquran.
"Saya akan akhiri diskusi ini karena sudah tidak kondusif lagi. Jelas, yang memaki saya 'ngawur' atau menertawakan dll, belum membaca penelitian tentang Kitab Suci dengan saksama. Komentar setelah ini akan saya hapus."
-------
Ternyata tak terlalu sulit untuk menjadi tenar di negeri ini. Cukup serang agama mayoritas dan popularitas akan segera diperoleh seiring tuntutan hukum yang juga mungkin segera dilayangkan.
Lalu bagaimana umat Islam harus bersikap? Jawabannya mudah. HARUS MELAWAN. Tetapi gunakan cara melawan yang elegan, santun dan berkelas. Semua tergantung situasi dan kondisi.
Terkait dengan postingan Soe Tjen, bagaimana sikap kita?
Mudah saja. Abaikan.
Lho kok?
Lihatlah proses diskusi Soe Tjen di atas. Awalnya ia memancing dengan membuat status yang --bagi intelektual sekelas Soe Tjen tentu paham-- akan mengundang reaksi keras netizen. Soe Tjen sudah menyiapkan amunisi berupa pemikiran-pemikiran yang siap dijadikan input baru bagi umat yang memiliki pemahaman dangkal tentang Islam.
Dengan mudah Soe Tjen kemudian mengakhiri diskusi setelah mendapat "serangan" makian. Soe Tjen ingin bebas berbicara tetapi tidak ingin mendengar suara yang tidak diinginkannya.
Soe Tjen menginginkan sebuah diskusi yang berujung pada kesepahaman anggapan dengannya.
Untuk mereka yang memiliki standar ganda pemikiran seperti ini, perlukah kita beri mereka panggung? Tentu tidak.
Kita tidak boleh dan tidak bisa membungkam mereka yang sibuk mengurusi iman, kepercayaan, agama dan kitab suci yang tidak mereka anut.
Kita hanya tidak perlu memberikan respon pada pemikiran kontroversial mereka.
Penulis: Tim Portal Piyungan
Demikianlah Artikel JANGAN TERJEBAK! Inilah TIPS Hadapi Serangan Penista Islam yang Caper di Media Sosial
Mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. Baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel dengan alamat link https://bacasebar.blogspot.com/2016/10/jangan-terjebak-inilah-tips-hadapi.html
0 Response to "JANGAN TERJEBAK! Inilah TIPS Hadapi Serangan Penista Islam yang Caper di Media Sosial"
Post a Comment